sailingsunbreak

sailingsunbreak

Senin, 26 Agustus 2013

Get It Right

"What have I done, I wish I could run away from this ship going under. Just trying to help, hurt everyone else. Now I feel the weight of the world is on my shoulder."


Lima bulan sudah aku lewati bersama dengan dia. Dan dalam jangka waktu bertambahnya 5 bulan itu, semakin sering rasa cemas itu datang. Ah, memang picik sekali aku ini. Apalagi yang aku curigai adalah sahabatku sendiri! Sungguh picik sekali pikiranku ini, aku akui itu. Memang dia dan kamu, sahabatku, sudah dekat sekali. Bahkan saat melihat kedekatan kalian, aku teringat persahabatanku dengan Adit di kala SMA. Tapi semakin kuperhatikan, ada yang berbeda dari kedekatan kalian itu. Persahabatan antara pria dan wanita memang kadang terkesan munafik. Entahlah mengapa aku bisa berkata seperti itu. Mungkin karena aku melihat sebersit kemunafikan yang ada di hadapanku.

Tidak, aku bukannya iri pada kedekatan kalian. Toh aku pun pernah berada dalam posisi yang sama. Tetapi yang membuatku hancur perlahan adalah saat aku melihat kalian bertatapan dan menyebut nama panggilan khusus itu sambil tertawa. Sebelumnya aku selalu mencoba menepis rasa takutku, tapi saat aku berdiri di hadapan kalian, aku sadar bahwa ada yang lain di situ. Seketika rasa ragu menyerang sudut hatiku.

Karena tatapan mata itu tidak pernah menipu, dan aku sudah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Saat kalian saling menatap, tatapan mata itu seolah memberitahuku diam-diam. Bahwa suatu hari nanti entah besok, lusa, bulan depan, atau bahkan tahun depan, apa yang aku takutkan pasti akan terjadi. Sekeras apapun aku mencegah, perasaan tiap insan Tuhan tidak ada yang akan tahu.

Aku menyayanginya, tapi aku juga menyayangimu, sahabatku. Aku tidak pernah tahu siapa yang lebih diharapkannya, aku atau kamu. Aku mengerti dia pun menyayangimu sebagai sahabatnya. Tapi apakah rasa sayang itu akan berhenti disitu, atau justru berkembang seiring berjalannya waktu? Perasaan manusia bagaikan bom waktu. Yang berubah sesuai dengan berjalannya waktu. Jika memang sekarang kalian tidak memiliki rasa itu, tidak menutup kemungkinan bahwa nantinya rasa itu akan datang, bukan?

'Tidak apa,' batinku. Kalau memang dia lebih mengharapkan kamu daripada aku untuk di sisinya, silahkan. Toh memang sejak awal aku hanyalah orang luar. Kehadiranku justru menjadi penghalang. Karena mungkin jika aku tidak pernah muncul di antara kalian, saat ini kalian sudah bahagia, berdua. Bukankah begitu? Sahabatmu dengan sahabatmu, dan kamu dengan dia. Ya, bukankah sudah sejak lama kalian menjalin persahabatan berempat? Dan aku justru muncul sebagai orang kelima, yang mengusik hubungan itu. Jika dalam 4 itu bisa menjadi 2 pasang, lalu untuk apa orang kelima ini muncul? Sungguh tidak berguna aku ini.

'Tidak apa,' batinku. Mungkin memang itu yang sudah seharusnya. Mungkin aku hanyalah selingan, agar kalian menyadari perasaan kalian yang sebenarnya. Berbahagialah, jikapun itu tanpa aku. Berbahagialah, karena kata sahabat jadi cinta itu tidak klise. Berbahagialah, meskipun aku tahu air mataku tidak akan pernah mengering.

Aku yang terpaku menahan tangis di hadapan kalian,
24 Agustus 2013