sailingsunbreak

sailingsunbreak

Kamis, 22 November 2012

Iri, boleh?

Juli, Agustus, September, Oktober, November.. Hampir lima ima bulan sudah gue lewatkan ditempat yang baru, dengan orang-orang baru. Diawal pertama disini, gue membandingkan segala hal yang gue temui disini dengan ditempat lama. Banyak hal-hal baru yang gak gue alami dulu di tempat itu. Tapi ada kalanya gue sangat merindukan detik-detik yang gue habiskan di tempat yang dulu. Tiap momen yang gue lewatkan disitu itu kayak gak penting, tapi justru itu yang gue kangenin sekarang..

Tawa yang paling gue rindukan adalah saat gue tertawa bersama sahabat gue disana. Tangis yang paling gue rindukan adalah saat gue sedang dalam tahap down paling dalam dan gue menangis didepan sahabat gue. Semua ejekan, ledekan, perkataan-perkataan lucu yang keluar dari mulut mereka, bahkan rasa lapar pun sangat gue rindukan saat ini. Dikelas itu, dengan orang-orang itu, dengan canda tawa itu, dua sosok yang selalu berada disisi gue, dan satu sosok yang selalu duduk di barisan paling belakang dikelas, yang selalu mampu menarik perhatian gue karena suara tawanya.. Gue bener-bener merindukan itu semua..

Banyak hal yang bikin gue iri. Setiap kali gue buka social media, disana selalu ada cerita-cerita semua momen yang mereka alami dikelas itu. Gue selalu berfikir "Andai aja gue masih disitu". Dan hal yang paling bikin gue iri adlah kenyataan bahwa gue dan 'dia' sekarang udah jauh. Temen-temen gue disana bisa tau keseharian dia dikampus, mereka bisa ketawa bareng dia, mereka bisa ngeliat dia ketawa, mereka bahkan bisa menghabiskan banyak waktu sama dia. Hal-hal yang sekarang ini gue sesali. Karena, dulu disaat gue punya kesempatan untuk itu, gue justru gak berani.

Banyak hal yang kita sesali, banyak hal yang kita rindukan, banyak pula hal yang berharga. Saya merindukan kamu, dia, dan kalian. Saya merindukan saat-saat yang saya lalui ditempat itu bersama orang-orang itu.

Sabtu, 03 November 2012

Jam pasir dan kami

Ribuan menit yang lalu, aku masih menganggap keajaiban adalah hal yang istimewa. Tapi keajaiban hanyalah keajaiban. Suatu hal yang datang membawa kebahagiaan tapi kemudian merenggut kebahagiaan itu kembali. Ia seperti jam pasir, yang jika pada saatnya pasir di sisi 'bahagia' telah habis, maka harus mengalami sisi 'kesedihan'.

Malam itu aku merasa seperti Cinderella. Aku dibuat begitu bahagia oleh 'keajaiban' ini, hingga rasanya ingin aku menghentikan waktu di masa itu. Tapi ia tetaplah jam pasir. Mungkin waktuku di sisi bahagia telah habis. Dan kini aku harus ke sisi satunya, sisi kesedihan.

Aku merasa seperti berada dalam stasiun yang bernama 'keajaiban'. Kebahagiaan dan kesedihan seperti sepaket. Kenapa harus datang kesedihan ketika kebahagiaan itu baru saja berpijak diduniaku? Aku ingin memaki, tapi apa dayaku? Nyatanya, jam pasir ini sudah berbalik.

Aku merindukan ribuan menit yang lalu itu. Kubuka kotak Pandora-ku. Kulihat dirinya didasar kotak itu. Ya, nyatanya aku memang merindukan dirinya. Aku selalu takut jika dia berubah menjadi seseorang yang tidak aku kenal, dan ternyata ketakutanku telah terjadi. Banyak pertanyaan berputar dikepalaku. Siapkah aku jika hari itu adalah kesempatan pertama dan terakhirku untuk memandang matanya? Siapkah aku jika setelah saat itu ia memilih untuk menghilang dariku? Siapkah aku untuk tidak merindukan memanggil orang itu dengan 'abang'? Siapkah aku jika hari itu adalah hari terakhir ia memanggilku 'eneng'? Siapkah aku jika nantinya ia tidak lagi menanggapi gangguan sms dariku? Siapkah aku jika suatu hari kami hanya menjadi orang asing? Yang aku tahu jawabannya hanya satu, aku tidak siap..

Setelah malam Cinderella itu, aku kembali berubah menjadi 'bukan siapa-siapa'nya. Aku hanyalah orang asing. Dia tidak lagi menghiraukan aku. Aku merindukan sosok itu. Aku merindukan perbincangan-perbincangan nonsense itu. Aku merindukan panggilan 'eneng' darinya. Ya, aku merindukan sosok pemegang contrabass itu..

Untukmu, abang.
Terima kasih.

Kamis, 01 November 2012

Mimpi pun tak apa




“Miracle does exist.”

Ya, aku setuju dengan adanya keajaiban. Tuhan pasti punya rencana-Nya sendiri. Setiap permohonan yang kita ucapkan, setiap doa yang kita panjatkan, setiap harapan yang timbul dihati kita, pasti akan terwujud. Mungkin bukan hari ini, bukan besok atau mungkin bukan lusa. Tapi, suatu hari, keajaiban itu pasti terjadi.
Rabu, 31 Oktober 2012. Akan kusimpan kenangan hari ini dengan baik didalam kotak harta karunku. Agar suatu hari nanti aku bisa membukanya, dan melihat kembali apa yang terjadi hari ini. Akan kusimpan kenangan hari ini didalam kotak pandoraku. Ya, hari ini begitu berharga. Andai saja otak manusia mampu menyimpan setiap momennya seperti film, aku pasti sudah melakukannya. Kenangan ini, kotak pandoraku.

Hujan turun petang hari tadi. Dan aku justru bersyukur pada hujan. Aku mencintai hujan sebesar aku mencintai dirinya. Hujan yang hanya rintik, maupun yang deras. Seperti itulah cerminan perasaanku pada dirinya. Kadang mengalir perlahan, namun kadang mengalir begitu cepat sehingga rasa rindu pun tidak terbendung. Dinginnya pukul setengah 7 malam ini menusuk kulitku, tapi hatiku diliputi kehangatan. Gelapnya malam dari FMIPA menuju Balai Sidang pun tidak aku hiraukan. Yang terngiang dikepalaku hanya satu: “Aku akan bertemu dengannya hari ini!”

18.38. Waktu dimana aku mendengar suaranya lagi setelah sekian bulan. Dengan dilatarbelakangi langit malam dan hembusan angin, aku bisa menatap matanya. Ah, aku sangat merindukan manusia ini…. Sosoknya hari ini terpatri jelas diingatanku. “Berkaus abu-abu, dengan sandal hotel warna putih-coklat, berkacamata. Bermotor warna putih, helm merah dengan rambut semi-gondrongnya. Dan sepuntung rokok ditangannya.” Ya, dia orangnya.

Sebut saja aku pemimpi. Aku habiskan waktuku untuk memimpikan dirinya. Memimpikan hubungan lebih yang mungkin akan terjadi, memimpikan waktu dimana aku bisa menatap matanya. Tapi, aku tidak berharap terlalu tinggi. Mengetahui ia ada saja sudah cukup bagiku. Dan nyatanya, hari ini Tuhan berkata lain. Aku bisa..

Satu yang aku yakini, kotak pandoraku yang berisi semua hal tentangnya, akan kusimpan rapi… Kalau saja waktu bisa membeku, tidak ragu lagi aku akan memilih saat ini.


Rabu, 31 Oktober 2012
FMIPA dan Balai Sidang