sailingsunbreak

sailingsunbreak

Senin, 31 Desember 2012

Fatamorgana

Hari itu adalah hari pertama di bulan ke sebelas. Hari dimana mimpi itu menjadi wujud nyata di dunia. Hari dimana aku tidak perlu lagi bermimpi tentang dirimu, karena nyatanya kamu sudah ada di hadapanku. Cerita kita dimulai di hari ini. Tapi ternyata, mimpi itu tetap harus menjadi ilusi. Karena ada segelintir mimpi yang harus tetap menjadi mimpi. Karena ada mimpi yang tidak mungkin bisa menjadi kenyataan.

Kamu, yang tidak pernah mengerti rasanya mencintai seseorang dari punggungnya, pasti tidak pernah tahu perasaanku. Mencintai diam-diam, menangis diam-diam, merindukanmu diam-diam. Semua itu kulakukan diam-diam. Agar aku tidak mengusikmu, agar kamu tidak lagi terganggu dengan kehadiranku. Mencintaimu sebatas punggung, hanya itu yang berani kulakukan selama berada di kelas yang sama denganmu. Mencintaimu sebatas punggung, karena aku tau saat kamu berbalik, kenyataan melarangku untuk mencintaimu. Kamu terlalu sempurna, kasih.

Kamu pernah memintaku untuk mengikhlaskanmu. Bagaimana bisa aku mengikhlaskan orang yang selama 100 hari ini memenuhi sel-sel otakku? Bagaimana bisa aku mengikhlaskan orang yang namanya selalu kusebut dalam doaku? Bagaimana bisa aku mengikhlaskan orang yang menjadi alasan aku menangis karena rindu yang terlalu besar? Bagaimana aku bisa mengikhlaskan?

Tetapi kamu tetap memaksaku untuk mengikhlaskanmu. Dan akhirnya aku menyerah. Aku mengikhlaskanmu, tapi jangan harap aku sanggup menghilangkan perasaanku padamu secepat itu. Rasa sayang itu masih ada, tapi aku tidak berani berharap lagi. Karena toh sejak awal aku memang mencintaimu diam-diam. Dan kini aku akan kembali mencintaimu dengan bisu.

Kamu juga pernah memintaku untuk membencimu. Tidak. Mengikhlaskanmu saja aku tidak bisa, lantas bagaimana bisa aku membencimu? Wajar jika detik itu aku menangis sejadi-jadinya. Tidak. Aku terbiasa menangis diam-diam. Aku tidak ingin kamu melihat tangisku.

Kamu tahu apa bagian tersulit saat mencintaimu? Itu adalah saat aku menyadari bahwa kamu tidak pernah menatapku dengan cara yang sama seperti aku menatapmu. Itu adalah saat aku melihatmu menatap orang lain dengan cara yang sama seperti aku menatapmu.

Aku tidak akan pernah sanggup membencimu. Maka, aku melakukan banyak hal menyebalkan untuk membuatmu membenciku. Aku melakukan banyak hal yang kamu benci hanya dengan satu tujuan, agar kamu membenciku. Kamu selalu ingin menjadi kuat, dan bagimu satu-satunya cara untuk menjadi kuat adalah dengan membenci. Karena itulah aku melakukan banyak hal yang menyebalkan agar kamu membenciku lalu kemudian kamu bertambah kuat. Lebih baik kamu membenciku daripada kamu harus merasa bersalah padaku...


Untukmu, yang selalu ingin menjadi kuat.
Bencilah aku, lalu jadilah kuat!

Benci Di Sudut Cinta


Kebencian tidak akan membawamu kemana-mana. Kebencian justru akan perlahan menggerogoti dirimu. Menuntunmu ke dalam jurang dalam yang bernama kesendirian. Menuntunmu ke dalam lubang waktu yang bernama kehancuran. Lantas mengapa harus membenci jika kamu bisa memaafkan?

Setiap orang selalu akan memiliki alasan untuk membenci orang lain. Tetapi jika kamu membuka sedikit pintu maafmu, kamu pasti tidak akan pernah ingin membenci. Membenci itu sakit. Membenci itu hanya akan berujung pada kesia-siaan. Kamu tentunya tidak ingin berakhir dengan sia-sia, bukan?

Rasa benci itu ada karena kamu tidak menyadari bahwa banyak cinta untukmu. Kamu tidak mau membuka mata bahwa selain rasa benci, ada rasa cinta yang begitu besar yang ditujukan untukmu. Coba, buka matamu, lihatlah sekelilingmu, disana kamu akan menemukan banyak cinta untukmu.


Untuk mereka, yang menyimpan dendam , sekecil apapun.
Love is all around us :)

Kamis, 22 November 2012

Iri, boleh?

Juli, Agustus, September, Oktober, November.. Hampir lima ima bulan sudah gue lewatkan ditempat yang baru, dengan orang-orang baru. Diawal pertama disini, gue membandingkan segala hal yang gue temui disini dengan ditempat lama. Banyak hal-hal baru yang gak gue alami dulu di tempat itu. Tapi ada kalanya gue sangat merindukan detik-detik yang gue habiskan di tempat yang dulu. Tiap momen yang gue lewatkan disitu itu kayak gak penting, tapi justru itu yang gue kangenin sekarang..

Tawa yang paling gue rindukan adalah saat gue tertawa bersama sahabat gue disana. Tangis yang paling gue rindukan adalah saat gue sedang dalam tahap down paling dalam dan gue menangis didepan sahabat gue. Semua ejekan, ledekan, perkataan-perkataan lucu yang keluar dari mulut mereka, bahkan rasa lapar pun sangat gue rindukan saat ini. Dikelas itu, dengan orang-orang itu, dengan canda tawa itu, dua sosok yang selalu berada disisi gue, dan satu sosok yang selalu duduk di barisan paling belakang dikelas, yang selalu mampu menarik perhatian gue karena suara tawanya.. Gue bener-bener merindukan itu semua..

Banyak hal yang bikin gue iri. Setiap kali gue buka social media, disana selalu ada cerita-cerita semua momen yang mereka alami dikelas itu. Gue selalu berfikir "Andai aja gue masih disitu". Dan hal yang paling bikin gue iri adlah kenyataan bahwa gue dan 'dia' sekarang udah jauh. Temen-temen gue disana bisa tau keseharian dia dikampus, mereka bisa ketawa bareng dia, mereka bisa ngeliat dia ketawa, mereka bahkan bisa menghabiskan banyak waktu sama dia. Hal-hal yang sekarang ini gue sesali. Karena, dulu disaat gue punya kesempatan untuk itu, gue justru gak berani.

Banyak hal yang kita sesali, banyak hal yang kita rindukan, banyak pula hal yang berharga. Saya merindukan kamu, dia, dan kalian. Saya merindukan saat-saat yang saya lalui ditempat itu bersama orang-orang itu.

Sabtu, 03 November 2012

Jam pasir dan kami

Ribuan menit yang lalu, aku masih menganggap keajaiban adalah hal yang istimewa. Tapi keajaiban hanyalah keajaiban. Suatu hal yang datang membawa kebahagiaan tapi kemudian merenggut kebahagiaan itu kembali. Ia seperti jam pasir, yang jika pada saatnya pasir di sisi 'bahagia' telah habis, maka harus mengalami sisi 'kesedihan'.

Malam itu aku merasa seperti Cinderella. Aku dibuat begitu bahagia oleh 'keajaiban' ini, hingga rasanya ingin aku menghentikan waktu di masa itu. Tapi ia tetaplah jam pasir. Mungkin waktuku di sisi bahagia telah habis. Dan kini aku harus ke sisi satunya, sisi kesedihan.

Aku merasa seperti berada dalam stasiun yang bernama 'keajaiban'. Kebahagiaan dan kesedihan seperti sepaket. Kenapa harus datang kesedihan ketika kebahagiaan itu baru saja berpijak diduniaku? Aku ingin memaki, tapi apa dayaku? Nyatanya, jam pasir ini sudah berbalik.

Aku merindukan ribuan menit yang lalu itu. Kubuka kotak Pandora-ku. Kulihat dirinya didasar kotak itu. Ya, nyatanya aku memang merindukan dirinya. Aku selalu takut jika dia berubah menjadi seseorang yang tidak aku kenal, dan ternyata ketakutanku telah terjadi. Banyak pertanyaan berputar dikepalaku. Siapkah aku jika hari itu adalah kesempatan pertama dan terakhirku untuk memandang matanya? Siapkah aku jika setelah saat itu ia memilih untuk menghilang dariku? Siapkah aku untuk tidak merindukan memanggil orang itu dengan 'abang'? Siapkah aku jika hari itu adalah hari terakhir ia memanggilku 'eneng'? Siapkah aku jika nantinya ia tidak lagi menanggapi gangguan sms dariku? Siapkah aku jika suatu hari kami hanya menjadi orang asing? Yang aku tahu jawabannya hanya satu, aku tidak siap..

Setelah malam Cinderella itu, aku kembali berubah menjadi 'bukan siapa-siapa'nya. Aku hanyalah orang asing. Dia tidak lagi menghiraukan aku. Aku merindukan sosok itu. Aku merindukan perbincangan-perbincangan nonsense itu. Aku merindukan panggilan 'eneng' darinya. Ya, aku merindukan sosok pemegang contrabass itu..

Untukmu, abang.
Terima kasih.

Kamis, 01 November 2012

Mimpi pun tak apa




“Miracle does exist.”

Ya, aku setuju dengan adanya keajaiban. Tuhan pasti punya rencana-Nya sendiri. Setiap permohonan yang kita ucapkan, setiap doa yang kita panjatkan, setiap harapan yang timbul dihati kita, pasti akan terwujud. Mungkin bukan hari ini, bukan besok atau mungkin bukan lusa. Tapi, suatu hari, keajaiban itu pasti terjadi.
Rabu, 31 Oktober 2012. Akan kusimpan kenangan hari ini dengan baik didalam kotak harta karunku. Agar suatu hari nanti aku bisa membukanya, dan melihat kembali apa yang terjadi hari ini. Akan kusimpan kenangan hari ini didalam kotak pandoraku. Ya, hari ini begitu berharga. Andai saja otak manusia mampu menyimpan setiap momennya seperti film, aku pasti sudah melakukannya. Kenangan ini, kotak pandoraku.

Hujan turun petang hari tadi. Dan aku justru bersyukur pada hujan. Aku mencintai hujan sebesar aku mencintai dirinya. Hujan yang hanya rintik, maupun yang deras. Seperti itulah cerminan perasaanku pada dirinya. Kadang mengalir perlahan, namun kadang mengalir begitu cepat sehingga rasa rindu pun tidak terbendung. Dinginnya pukul setengah 7 malam ini menusuk kulitku, tapi hatiku diliputi kehangatan. Gelapnya malam dari FMIPA menuju Balai Sidang pun tidak aku hiraukan. Yang terngiang dikepalaku hanya satu: “Aku akan bertemu dengannya hari ini!”

18.38. Waktu dimana aku mendengar suaranya lagi setelah sekian bulan. Dengan dilatarbelakangi langit malam dan hembusan angin, aku bisa menatap matanya. Ah, aku sangat merindukan manusia ini…. Sosoknya hari ini terpatri jelas diingatanku. “Berkaus abu-abu, dengan sandal hotel warna putih-coklat, berkacamata. Bermotor warna putih, helm merah dengan rambut semi-gondrongnya. Dan sepuntung rokok ditangannya.” Ya, dia orangnya.

Sebut saja aku pemimpi. Aku habiskan waktuku untuk memimpikan dirinya. Memimpikan hubungan lebih yang mungkin akan terjadi, memimpikan waktu dimana aku bisa menatap matanya. Tapi, aku tidak berharap terlalu tinggi. Mengetahui ia ada saja sudah cukup bagiku. Dan nyatanya, hari ini Tuhan berkata lain. Aku bisa..

Satu yang aku yakini, kotak pandoraku yang berisi semua hal tentangnya, akan kusimpan rapi… Kalau saja waktu bisa membeku, tidak ragu lagi aku akan memilih saat ini.


Rabu, 31 Oktober 2012
FMIPA dan Balai Sidang

Jumat, 26 Oktober 2012

Kamu dan Contrabass


Alat musik ini begitu mengingatkanku padamu. Besarnya alat musik ini tidak menghalangi pesonamu. Kamu diatas panggung balairung, dan aku di tribun penonton. Ya, dari jarak sejauh itu, aku yakin itu kamu yang ada di balik alat musik besar ini. Rambutmu, kacamatamu, dan senyummu begitu kurindu. Berapa lama kita tidak berjumpa? 2 tahun, batinku sedih.

                Mataku terhipnotis oleh penampilan kamu dan teman-teman di UKM itu. Tapi mataku tetap terpaku pada sosok dibalik alat musik itu. Andai aku bisa menghentikan waktu, ingin rasanya aku hentikan detik itu. Agar aku bisa menatap sosokmu tanpa terusik dengan waktu. Terekam jelas dalam kotak memoriku, musik yang kalian mainkan. Lagu Mario Bros tidak pernah terdengar semerdu ini. Tak henti-hentinya mataku menatap sosokmu, mengikuti setiap gerak-gerikmu. Sosok-sosok lain seakan tidak nyata. Hanya kamu yang nyata.

                Tapi ternyata penampilan kalian harus usai. Kesal bercampur sedih. Teringat jelas saat itu aku mengirimkan pesan singkat kepadamu untuk memberimu semangat, dan kamu membalas pesanku itu. Setelah menghabiskan waktu 2 tahun memupuk rindu, akhirnya aku bisa melihat wajahmu kembali. Bahkan saat diluar balairung pun aku bisa melihatmu lagi. Dengan tutup kepala yang menahan ponimu, rambut gondrongmu. Dan kacamata yang masih tersangkut diatas hidungmu. Dan kaus abu-abu yang membalut tubuh gempalmu. Ah! Betapa aku merindukan sosok itu.

Hari itu, aku pulang dengan berat hati. Kebahagiaan, kesedihan,dan  kerinduan, berkecamuk di kepalaku. Tapi tidak ada yang bisa menggantikan bayang senyummu yang kulihat saat diluar balairung itu. Senyummu sungguh membiusku. Meskipun hari ini usai, tapi sosokmu tetap terekam dalam kotak memoriku. Panggung balairung… Kamu dan alat musik itu, contrabass.. A man who wear an eye-glasses holding a contrabass in his hand J           

Sekejap Memori dari Balairung UI
Rangkaian acara penyambutan Kamaba
Display UKM, 6 Agustus 2012
Terima kasih Mahawaditra sudah membawa laki-laki ini kehadapanku :)

Gravitasimu, gravitasiku...

                Aku tidak pernah bermaksud mengusikmu ataupun mengganggu rutinitasmu. Yang aku tahu, setiap kali kamu membalas pesanku, semangatku kembali. Saat membaca barisan kata demi kata darimu, aku seperti merasakan putaran gravitasi di kakiku, aku seperti merasakan setiap sel-sel otakku beregenerasi. Kamu itu candu. Candu yang begitu keras, yang tiap kali ingin kureguk dan kugenggam erat-erat. Kamu itu black hole, black hole yang memerangkapku didalam pesonamu sehingga aku tidak mengerti lagi bagaimana rasanya mencintai orang lain selain kamu.

                Hari ini pun rasanya ingin sekali aku mengusikmu. Tapi aku takut. Takut kamu akan pergi jika aku terlalu sering mengusikmu. Takut suatu hari kamu tidak akan membalas pesanku lagi. Rasa takut itu semakin membabi buta dari hari ke hari. Ingin sekali aku memandang wajahmu dari dekat, lupakan jarak itu! Rasa rindu ini selalu menyelimuti hariku. Meneriakkan rindu ini ke udara pun sia-sia. Gravitasi selalu membawa rasa rindu ini bersamanya. Ingin rasanya aku melawan gravitasi ini. Ingin rasanya aku terbang kesisimu, berdiam disana, meskipun hanya untuk sejenak. Aku muak dengan gravitasi yang kamu ciptakan. Rasanya seperti tembok pembatas yang tinggi.

                Jadi, apa kabarmu hari ini? Apakah kamu ke Cibubur lagi untuk menjadi pengajar les lagi? Ataukah hari ini kamu menghabiskan waktu untuk berlatih contrabass? Ceritakan padaku, aku yakin aku tidak akan pernah bosan mendengar ceritamu. Sayang, semua itu hanya ada dalam mimpiku….

Semangkuk cokelat



Pernahkah kamu rasakan manisnya cokelat itu? Ya, seperti itulah kamu. Kamu tidak tampan, tapi dalam dirimu ada sesuatu yang istimewa, aku lihat itu. Kamu seperti cokelat cair, ingin sekali aku menyentuhmu, menggenggam jemarimu, merasakan desah nafasmu, mendengar suara lembutmu, Ah! Apapun itu. Yang pasti aku ingin sekali ada disisimu. Tapi bermimpi pun aku tak berani.
                Setiap detik yang kuhabiskan dalam waktu 2 tahun ini, tidak sekalipun bayangmu menghilang dari otakku. Seperti yang kubilang, kamu seperti cokelat yang memabukkan. Berulang kali bayangmu selalu merasuki otakku, mengisi setiap sel-sel yang kosong didalam tubuhku. Hanya dengan memikirkan dirimu saja, hatiku menjadi hangat. Setiap kali kamu membalas pesanku, otot-otot disekitar pipiku rasanya tertarik, membuatku ingin selalu tersenyum.
                Tapi hanya sekedar itulah aku sanggup memilikimu. Tanganku tidak pernah sanggup meraihmu. Mungkin aku hanyalah ‘adikmu’, apapun itu. Atau mungkin kamu hanya menganggapku sebagai penggemarmu. Biarlah, aku rela. Memang aku selalu mengagumimu. Mengagumi sosok yang tidak mungkin bisa kurengkuh. Mengagumi sosok yang tidak akan pernah berada dalam jarak pandangku. Karena kamu begitu jauh. Bahkan memandang punggungmu saja aku tidak diperbolehkan. Mengapa jarak itu menjadi pemegang kendali?

untukmu, Abang.
Dari aku, sosok penggemarmu
yang selalu kau panggil dengan sebutan 'eneng' :')

Sabtu, 20 Oktober 2012

FMIPA di hari itu

19 Oktober 2012

Mengunjungi FMIPA dalam rangka acara Star Party yang diadakan oleh Fisika. Sangat tidak sabar untuk melihat wajahnya. Terakhir kali aku melihatnya adalah saat Demo UKM. Kalau diingat-ingat, pertemuanku dengannya hanya terjadi 2 kali. Yang pertama adalah pertemuan pertama kami yaitu saat Tossaka akhir tahun 2010 (atau awal 2011, dunno). Dan yang kedua adalah saat demo UKM (pertengahan 2012, Agustus maybe). Bayangkan, bagaimana bisa aku tidak menanti hari ini.

Pukul 8 malam aku baru tiba di mipa. Aku pun masuk ruang seminar. Disitulah aku melihat dia. Saat aku sedang duduk, ia masuk dan menaruh barang di bagian belakang ruangan. Aku yang saat itu membelakangi langsung membalikkan badan untuk melihat wajahnya lebih jelas. Ya! Itu dia. Ya tuhan, jantungku pun berdetak kencang sekali. Gembira sekali bisa melihatnya dari dekat seperti ini. Aku ingin memanggilnya, tapi lidahku kelu sekali. Dan ia pun berlalu begitu saja.

Tak lama kemudian aku keluar dari ruangan untuk ke kamar mandi, dan disitu aku melihatnya lagi. Ia sedang berdiri didepan pintu. Aku melihatnya, Ia pun melihatku. Kami bertatapan. Aku sangat ingin menyapanya, tapi lagi-lagi lidahku kelu. Bodoh! Ia pun pergi. Bodoh! Ya, aku lupa, ia tidak memakai kacamatanya. Pantas saja.

Ah.

Kembali

Sebut saja aku menggilainya. Mungkin memang benar. Dan aku pun takkan marah jika kamu sebut aku seperti itu. Karena menurutku beginilah aku. Disaat orang-orang lain bisa melupakan pada siapa mereka menaruh hati mereka, tidak begitu denganku. 2 tahun sudah berlalu sejak pertemuan pertamaku dengannya. Dia memang tidak tampan atau apalah yang kalian sebut 'sempurna'. Tapi sekali lihat, aku tahu dia memiliki karismanya tersendiri. Dengan kacamata tergantung dihidungnya. Bisa diingat jelas percakapan singkatku dengannya.

Bisa kuingat jelas percakapan kami di facebook yang berakhir dengan kami bertukar nomor telepon. Ia tak hentinya memanggilku 'dek' dan 'neng'. Aku pun selalu memanggilnya 'abang'. Ya, anak Fisika ini sudah menaruh gravitasi yang begitu kuat dan dalam. Aku pun selalu bergantung pada gravitasi itu.

Masih kuingat jelas kata-katanya saat menjelang hari aku menghadapi tes masuk universitas ini. "Semangat neng. Gue tunggu lo di UI :D" Dan nyatanya ditahun pertama aku gagal. Kekecewaanku berlapis-lapis. Dan ditahun setelahnya, ia pun masih mengucapkan hal yang sama. Dan berkah Allah menghampiriku.

Kini sudah hampir 2 tahun. Komunikasi kami pun masih terjalin dengan baik, meskipun kami tidak pernah bertemu. Kukira dengan kepindahanku kekampus ini kami akan bisa bertemu, ternyata tetap mustahil. Tapi gravitasi-mu masih ada..

Siap ber-layar!

Membuat blog baru -untuk kesekian kalinya-.. The name of Layarian takes from my name :D
Siap membagi dan siap berbagi.. Kembangkan layar, Kapten! <3