"Annoying: I miss you. I miss you. I miss you. I miss you. I will repeat this sentence every 30 seconds until you come back to me." -@aMlazing
"Saya merindukan kamu."
"Ya.."
Singkat dan dingin. Cangkir ice cappucino yang saya minum pun kalah dengan dinginnya kamu. Lantas kuletakkan minuman setengah habisku itu. Kuletakkan handphoneku dan bergegas berbaring.
Beberapa pekan ini saya habiskan malam-malam saya dengan merindukanmu. Saya habiskan waktu-waktu kesendirian saya untuk sejenak memikirkan kenangan kita agar rindu ini sedikit memudar. Saya baca ulang pesan-pesan singkat kita saat kedinginan ini belum menghampiri. Setiap datang waktu beribadah, saya selalu panjatkan doa agar kerinduan ini terobati. Tidak, saya tidak sakit. Saya hanya merindukanmu, melebihi kapasitas yang bisa saya tampung.
Malam ini, saya sampai pada halaman terakhir dari buku harian saya. Kali ini saya tidak bisa menahan untuk tidak menangis. Ini bukan air mata sedih. Ini adalah air mata rindu. Saya rindu kehadiranmu, saya merindukan keberadaan saya di dekatmu. Dan saya merindukan gelak tawa yang kita lalui bersama.
Sejenak saya menutup mata. Menghitung 1 sampai 10. Dan bayangan ini yang terlihat di pelupuk mata saya. Sepiring nasi hangat dengan lauk telur dadar, sosis, ayam goreng sisa kemarin, saus dan mayonaise. Tidak lupa kerupuk dan segelas air dingin. Ingatan saya akan momen itu begitu jelas. Saat itu saya juga tidak mengerti mengapa makanan sesederhana itu dapat membuat saya sebahagia itu. Tetapi kini saya mengerti, bukan makanannya yang membuat saya bahagia, namun dengan siapa saya menyantapnya.
Rindu untukmu tidak akan pernah habis. Karena rindu ini bukan rindu yang bisa terhapuskan hanya dengan membaca pesan. Saya masih dan akan terus membutuhkan kehadiranmu.
Terima kasih untuk bulan-bulan yang kamu habiskan untuk membuat saya bahagia. Sekarang adalah giliran saya untuk melakukan hal yang sama.
Dari Saya untuk Kamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar